Titik Pulang

Oleh: Dahlan Iskan

Titik Pulang
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Anda bisa menduga siapa yang mengatakan semua itu –dalam diskusi diaspora di kantor Konsulat Jenderal Indonesia di San Francisco Selasa sore lalu.

Kang Deden (Mahmudin Nur Al-Gozaly) yang menjadi moderator. Pak Konjen Prasetyo Hadi yang membuka.

Ketika nama itu diumumkan Presiden Prabowo sebagai menteri sekretaris negara banyak ucapan selamat kepadanya. Namanya persis sama: sama-sama Prasetyo Hadi.

Ada tiga orang di ruang itu yang bekerja di Apple. Bukan kaleng-kaleng. Ada juga yang di perusahaan lain. Saya tidak tahu siapa saja yang ikut secara online.

Peserta diskusi seperti Victor setuju dengan definisi nasionalisme seperti itu. Dia orang Kalbar. SMA masih di Pontianak. Lalu kuliah computer science di Melbourne, Australia.

Dia pemberani. Berani keluar dari Apple. Bulan lalu. Dia bergabung ke perusahaan startup.

Partner Victor ingin menambah satu tenaga kerja di Amerika. Victor mengusulkan lebih baik angkat empat orang di Indonesia. Biar mereka kerja dari Indonesia.

Usul itu diterima. Kini empat orang Pontianak bekerja untuk perusahaan Amerika tersebut. Itu akan menjadi model ke depan. Bila perusahaannya terus berkembang.

Diaspora adalah kekayaan Indonesia. Di mana pun kekayaan itu diletakkan. Di Amerika, Tiongkok, Timur Tengah. Di mana saja: Australia, Eropa, Korea, Jepang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News