Tito: Butuh Kerja Sama Internasional untuk Berantas Terorisme
Melawan narasi-narasi sempit yang biasa digunakan kelompok radikal untuk menebar kebencian dan permusuhan, sebut Tito, bukan saja berfungsi untuk memutus rantai penyebaran propaganda.
Tetapi juga untuk mendidik masyarakat melalui informasi-informasi yang benar terkait dengan agama. Dengan demikian ke depan agama tidak lagi digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan.
Selain itu, kontra narasi radikalisme bisa mengimbangi narasi sempit kelompok radikal dalam menjelaskan perkara agama. Hal ini penting karena melakukan kontra narasi berarti mematikan ideologi yang selama ini menjadi landasan pemikiran kekerasan.
“Ideologi hanya bisa dikalahkan dengan ideologi pula,” kata Mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT Irjen Pol Petrus R. Golose menambahkan, terorisme bukan lagi menjadi urusan satu negara saja, tetapi sudah menjadi ancaman dunia.
Ditambah dengan keberadaan Foreign Terorisme Fighters (FTF) atau teroris antarnegara mengharuskan dunia internasional bersatu untuk memberantas berbagai macam ancaman terorisme di muka bumi.
“Terorisme adalah musuh kita semua sehingga kita harus lawan. Dunia harus bergandeng tangan untuk memberantas terorisme,” kata Petrus. (jos/jpnn)
- Harvey Moeis Divonis 6 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda Rp 1 Miliar
- BPJS Kesehatan Bantah Defisit dan Klaim DJS Masih Sehat
- Masuk Gang Dame Medan, Wapres Gibran Bagikan Paket Sembako ke Warga
- Antisipasi Aksi Teror Malam Natal, BNPT: Kami Sudah Tahu Kantong-kantongnya
- Lihatlah Aksi Warga Banten Tolak PSN PIK 2, Kiai Ikut Turun ke Jalan
- Mayor Teddy Bantah Erdogan Walk Out Saat Prabowo Pidato, Ini Penjelasannya