Tito: Butuh Kerja Sama Internasional untuk Berantas Terorisme

Melawan narasi-narasi sempit yang biasa digunakan kelompok radikal untuk menebar kebencian dan permusuhan, sebut Tito, bukan saja berfungsi untuk memutus rantai penyebaran propaganda.
Tetapi juga untuk mendidik masyarakat melalui informasi-informasi yang benar terkait dengan agama. Dengan demikian ke depan agama tidak lagi digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan.
Selain itu, kontra narasi radikalisme bisa mengimbangi narasi sempit kelompok radikal dalam menjelaskan perkara agama. Hal ini penting karena melakukan kontra narasi berarti mematikan ideologi yang selama ini menjadi landasan pemikiran kekerasan.
“Ideologi hanya bisa dikalahkan dengan ideologi pula,” kata Mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT Irjen Pol Petrus R. Golose menambahkan, terorisme bukan lagi menjadi urusan satu negara saja, tetapi sudah menjadi ancaman dunia.
Ditambah dengan keberadaan Foreign Terorisme Fighters (FTF) atau teroris antarnegara mengharuskan dunia internasional bersatu untuk memberantas berbagai macam ancaman terorisme di muka bumi.
“Terorisme adalah musuh kita semua sehingga kita harus lawan. Dunia harus bergandeng tangan untuk memberantas terorisme,” kata Petrus. (jos/jpnn)
- Dendi Budiman: Miskinkan Hakim dan Pengacara Terlibat Suap Rp 60 Miliar
- Gibran Buat Konten Bonus Demografi, Deddy PDIP: Jangan Banyak Bikin Video, Kerja Saja
- Menteri Kabinet Merah Putih Temui Jokowi, Ketua DPR Merespons Begini
- TNI AL Menggagalkan Penyelundupan 7 Calon PMI Ilegal ke Malaysia
- Peserta Sespimmen Menghadap Jokowi, Pengamat Singgung Dugaan Keterlibatan Polisi Pada Pilpres 2024
- Dinkes Jabar Sebut Program Cek Kesehatan Gratis Sepi Peminat