Tito: Istilah Muslim Cyber Army Bukan dari Polri
“Kemudian keluar dari pengakuan para tersangka yang mungkin lebih dari 1000 yang mungkin sekarang ini sudah diproses hukum bahkan ada yang sudah keluar (mereka) menggunakan bahasa itu dan di dalam banyak tulisan ada seperti itu,” katanya.
Nah, kata Tito, umat Islam tentu tidak nyaman dengan penggunaan bahasa-bahasa atau istilah seperti itu. Namun, ujar Tito, apakah kemudian harus menyalahkan polisinya menggunakan bahasa seperti itu.
“Tidak, pendapat saya karena polisi hanya menyampaikan faktanya,” jelasnya.
Dia mengatakan kasus MCA tersebut akan dibawa ke persidangan. Nah, di persidangan nanti semua akan sangat terbuka apakah akan keluar bahasa seperti itu. Sebab, ujar Tito, apa yang disampaikan polisi harus sesuai dengan fakta.
“Kalau polisi mengganti nama, justru itu merekayasa, dan itu tidak boleh,” tegasnya.
Lebih lanjut Tito menambahkan supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan, dia sudah menyampaikan dalam video conference dengan jajaran kepolisian agar tidak lagi menggunakan bahasa Muslim Cyber Army.
“Tapi, MCA. Itu akan lebih soft. Di samping itu membuat publik lebih nyaman,” katanya.
Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan isu MCA ini perlu penekanan. Dia mengatakan, saat turun ke daerah pemilihannya di Jawa Barat, banyak aspirasi dari masyarakat agar mempertanyakan persoalan ini.
Menurut Kapolri, istilah MCA muncul dari hasil investigasi karena kelompok tersebutlah yang menamakan diri mereka seperti itu.
- 410 Personel Brimob Terima Satya Lencana Dharma Nugraha, Penghargaan Apakah Itu?
- Ada Kontroversi di Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Komnas HAM Angkat Bicara
- LBH Semarang Sebut Penembakan Sewenang-wenang oleh Polisi Tidak Bisa Dibenarkan apa pun Alasannya
- Sahroni Minta Polri Bikin Aturan, Mobil Baru Wajib Dilengkapi Dashcam
- Polri Tukar Buron Judol Handoyo Salman dengan DPO Filipina
- Soroti 2 Kasus Penembakan oleh Polisi, Setara Institute Singgung Kesehatan Mental