Tokoh Arus Bawah Masih Terhambat Elit Parpol
Untuk Bisa Kantongi Tiket Capres
Jumat, 13 Januari 2012 – 01:10 WIB
JAKARTA - Sistem kepartaian di Indonesia saat ini dianggap belum bisa memberi peluang yang sama bagi kader-kadernya untuk bisa tampil sebagai calon presiden (capres). Pasalnya, calon yang diusung oleh arus bawah belum tentu diberi kesempatan oleh pengurus partai di tingkat pusat lantaran kuatnya budaya oligarki.
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Mulyana W Kusumah, menilai sistem yang diterapkan elit partai saat ini justru menutup peluang calon potensial yang punya dukungan di akar rumput. "Seperti calon yang berasal dari tokoh daerah atau gubernur yang berprestasi di daerahnya, peluangnya untuk berkompetisi tertutup," kata Mulyana dalam diskusi bertajuk "Penentuan Capres dan Cawapres dan Demokrasi Internal Partai" di Jakarta, Kamis (12/1).
Mulyana menambahkan, praktik yang jamak di Indonesia justru menunjukkan proses seleksi capres dilakukan secara oligarki. Bahkan dalam dua kali Pilpres, tak ada upaya untuk menerapkan budaya demokrasi di internal partai (primary election) melalui UU Pilpres.
Kaenanya Mulyana menganggap sistem konvensi yang diterapkan Golkar pada saat penjaringan capres pada Pilpres 2004, merupakan salah satu cara yang membuka peluang sama bagi kader partai. Direktur Eksekutif Seven Strategic Studies itu memaparkan, konvensi capres Golkar 2004 melibatkan ribuan peserta dari tingkat pusat hingga daerah.
JAKARTA - Sistem kepartaian di Indonesia saat ini dianggap belum bisa memberi peluang yang sama bagi kader-kadernya untuk bisa tampil sebagai
BERITA TERKAIT
- Elly Lasut-Hanny Joost Pajouw Dinilai sebagai Paslon Terkuat di Pilkada Sulut 2024
- Petani Sibalaya Sambut Baik Program Berani Panen Raya Anwar Hafid
- Blusukan di Tanah Tinggi, Pramono Anung Serap Aspirasi Warga Rusun hingga Kaum Lansia
- BISON Indonesia Apel Akbar di Pandeglang, Siap Menangkan Andra-Dimyati
- Anak Muda Pendukung Paslon RIDO Langsung Tancap Gas, Sediakan Mobil Curhat & Dokter Keliling
- Calon Bupati Mimika Maximus Tipagau Merasa Dirugikan soal Berita Palsu