Tol Al Haka

Oleh: Dahlan Iskan

Tol Al Haka
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

“Cepat putuskan. Salah tidak apa-apa. Latihanlah membuat keputusan cepat. Itulah modal untuk menjadi pemimpin," kata saya.

Dia pun membuat keputusan cepat. Dia serahkan kue itu ke Purnawirawan, direkturnyi sendiri. Namun, semua sependapat: sang direktur memang pekerja keras.

Dan saya menemukan Musangking Lampung. Ini bukan Musangking, tetapi Musangking. Saking Musangking-nya saya sampai minta dijadwalkan kapan panen berikutnya tiba.

Habis senam begitu seru –dengan perut sekenyang itu– saya takut: bisa tertidur di mobil, apalagi perjalanan ke Palembang lewat  tol. Pasti mengantuk.

Saya lawan kantuk itu. Saya ingin melihat jalan tol Sumatera ini secara kafah.

Saya ingin menghitung: ada berapa perbaikan. Ada berapa pula sambungan jembatan yang sampai membuat penumpang terlambung.

"Ya ampuuun, sudah sampai exit Metro," ujar saya tidak bisa menahan kekaguman perpendekan jarak tempuh. Belum lagi 30 menit exit Metro terlewatkan.

Saya pernah ke Metro: 10 tahun lalu. Begitu jauh. Begitu sulit. Begitu di pedalaman. Pantas kalau listrik lebih sering mati dan lebih sulit lagi menghidupkannya.

Begitu melewati Hollywood kami senang: nyaris tiba di Palembang. Kota itu memang sudah kelihatan. Justru pintu tol yang tidak tampak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News