Tol Al Haka
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Begitu memasuki Sumsel beda sekali. Kanan-kiri jalan banyak terlihat rawa, bahkan sampai pun mendekati Hollywood –sebutan keren orang di sana untuk kabupaten Kayu Agung.
Rawanya tetap bisa ditumbuhi tanaman liar.
Sebenarnya tol itu bisa ditempuh 4 jam. Luar biasa. Dibanding 12 jam di masa lalu.
Namun, kami tidak buru-buru. Juga ada unsur sial (baca: mismanagement). Orang Lampung di dekat saya itu terlalu percaya diri: ini kan di kampung sendiri.
Mereka tenang saja ketika tanda bensin berubah ke warna kuning. "Saya tidak khawatir, 20 Km lagi ada rest area," katanya.
Padahal kami baru saja berhenti di rest area sebelumnya: untuk Salat Zuhur jamak Asar. Masjid Al Hikmah itu ramai sekali. Pertanda jalan tol ini sudah ramai.
"Kenapa tadi tidak sekalian isi bensin?" tanya saya.
"Di rest area berikutnya saja. Sekalian bisa mampir lagi". "Tetapi lampu sudah kuning".
Begitu melewati Hollywood kami senang: nyaris tiba di Palembang. Kota itu memang sudah kelihatan. Justru pintu tol yang tidak tampak
- Setiawan Ichlas Disambut Hangat saat Mudik ke Palembang, Lihat Ada Pak Gubernur
- Korban Kedua Perahu Getek Tenggelam di Perairan Sungai Musi Ditemukan Meninggal Dunia
- Soal Macet Horor di Tanjung Priok, Gubernur Pramono: Ini Membuat Saya Resah
- Tarif Tarifan
- DPR dan Masyarakat Sipil Desak Proses Hukum Perusahaan Logistik Pembuat Macet di Pelabuhan Tanjung Priok
- Oknum Polisi Penganiaya Mantan Pacar di Palembang Dinyatakan Positif Narkoba