Tolak Bala Pandemi di Lereng Merapi, Beras Kuning Ditaburkan saat Kirab Jatilan
Keluarga padepokan yang umumnya hidup sehari-hari sebagai petani di kawasan Merapi itu, menyebut makam Romo Yoso sebagai candi.
Sejumlah gending yang mereka sajikan pada acara "Uyon-Uyon Candi" dalam suasana takzim pada Selasa (1/9) hingga menjelang tengah malam itu, antara lain berjudul Sri Wilujeng, Subokastowo, Ugo-ugo, Sri Kacarios, Sri Rejeki, Asmarandana, Kutut Manggung, dan Pangkur.
Selama perayaan, keluarga padepokan mengenakan pakaian adat Jawa.
"Malam ini kami miwiti (memulai rangkaian tradisi Suran, red)," ujar Sitras.
Rangkaian tradisi "Suran Tutup Ngisor" yang tahun ini sebagai ke-85 dilanjutkan pada Rabu (2/9) berupa pembacaan Surat Yasin, kenduri, pemasangan sesaji di berbagai tempat di kampung itu, tirakatan, persembahan panembrama, beksan Kembar Mayang, dan puncaknya pementasan wayang sakral dengan lakon "Lumbung Tugu Mas".
Sedangkan pada Kamis (3/9) berupa kirab jatilan dan wayang topeng.
"Kali ini kami tidak menghadirkan pementasan dari luar daerah (sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, karena pandemi, red). Suran dilakukan oleh keluarga padepokan. Kami menyesuaikan dengan situasi," katanya.
Simbol-simbol tolak bala dari pandemi COVID-19 selain disajikan melalui doa para sesepuh padepokan pada pertengahan pentas wayang sakral, juga saat kirab jatilan mengelilingi kampung itu tiga kali sambil membawa sejumlah alat dapur.
Tradisi Suran Tutup Ngisor di lereng Gunung Merapi kali ini secara khusus untuk tolak bala dari pandemi COVID-19.
- AHF Indonesia Dorong Peran Asia dalam WHO Pandemic Agreement
- Human Initiative Berhasil Berdayakan Warga Jadi Sukarelawan Tangguh Bencana
- Peduli Sesama, Octa Lakukan Ini di Sejumlah Negara
- Misbakhun Jadi Doktor Ekonomi, Disertasinya tentang Peran DPR di Masa Pandemi
- Dana Penanganan Covid-19 di Sumbar Diduga Dikorupsi, Belasan Saksi Diperiksa
- Waspada Covid Kembali, Kemenkes Imbau Masyarakat Terapkan Hidup Sehat dan Terapkan Prokes