Tolak Susu Beracun, ASEAN Bahas Regulasi Produk
Jumat, 10 Oktober 2008 – 11:58 WIB
MANILA - Kasus susu Tiongkok terkontaminasi melamin, melahirkan keprihatinan anggota ASEAN. Pasalnya, produk beracun tersebut juga beredar di negara-negara mereka. Belajar dari kasus tersebut, ASEAN mempertegas regulasi pergerakan produk yang sangat mudah dilakukan di era perdagangan bebas saat ini. Duque secara terpisah mengatakan dalam pidatonya bahwa masuknya produk susu yang terkontaminasi melamin ke pasaran mematikan perdagangan global. ''Ini merupakan globalisasi tanpa sikap efektif dan koordinasi global,'' ujarnya.
Pertemuan untuk merumuskan regulasi itu dihadiri 10 menteri kesehatan dari negara anggota negara-negara ASEAN mulai kemarin (9/10) di Manila, Filipina. "Sudah seharusnya tidak ada lagi penambahan (bahan kimia) dalam makanan, meskipun hanya semenit," ujar menteri kesehatan Philipina Francisco Duque III.
Baca Juga:
Otoritas kesehatan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan serta negara ASEAN akan membahasnya dalam dua hari pertemuan mulai Jumat. Duque mengatakan kepada Associated Press bahwa para menteri sangat mengutuk praktik bisnis yang tidak bertanggung jawab dan amoral serta skandal seputar susu terkontaminasi melamin yang ditutup-tutupi. Dia juga menyatakan sepakat dengan anggota ASEAN untuk memperkuat mekanisme untuk konsultasi dan pertukaran informasi guna mencegah risiko kesehatan.
Baca Juga:
MANILA - Kasus susu Tiongkok terkontaminasi melamin, melahirkan keprihatinan anggota ASEAN. Pasalnya, produk beracun tersebut juga beredar di negara-negara
BERITA TERKAIT
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan