Tony Abbott Kocok Ulang Susunan Menteri

"Ini merupakan kesempatan penting untuk mengatur ulang dan memfokuskan kembali pemerintahannya agar bisa mengedepankan dan memusatkan masalah ekonomi Australia pada tahun depan, dengan tujuan itu saya menempatkan Scott Morrison sebagai tokoh kritis untuk mengurus Kementerian domestik," katanya.
Abbott juga mengatakan perubahan ini akan menempatkan pekerjaan dan keluarga sebagai agenda utama dalam pemerintahannya tahun 2015 mendatang.
Perubahan lainya dalam reshufel ini adalah, Steve Ciobo akan menggantikan Brett Mason sebagai Sekretaris Parlemen di Kementerian Luar Negeri dan Abbott juga akan menunjuk 3 wakil frontbenchnya yang baru.
Mantan Menteri Keuangan Australia Barat, Christian Porter akan menjadi Sekretaris Parlemen yang baru untuk Perdana Menteri, sementara Kelly O'Dwyer Sekretaris Parlemen untuk Bendahara dan Karen Andrews menjadi Sekretaris Parlemen untuk Menteri Industri Ian Macfarlane, yang kementeriannya kini juga didaulat mengurus masalah Ilmu Pengetahuan.
Sains sebelumnya dipecah kepengurusannya di Kementerian Industri dan Kementerian Pendidikan dan Abbott sejak lama mengatakan Senator MacFarlane tidak perlu mengurus Sains.
Namun hari ini Perdana Menteri Abbott mengatakan 'terkadang akan membantu jika kita memasukkan isu ini dalam Kementerian Industri,"
"Saya telah memutuskan untuk menyampaikannya sendiri keputusan yang menurut saya sudah sangat jelas bagi semua orang, MacFarlene sebagai Menteri Industri dan Sains."
Perdana Menteri Tony Abbott mengumumkan reshufle atau perubahan yang cukup besar dalam susunan kabinetnya seiring dengan keputusannya untuk
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia