Top, Ampas Kopi Dikembangkan Jadi Material Baterai untuk Kendaraan Listrik
"Inovasi ini mampu membuat baterai yang dihasilkan memiliki bobot lebih ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat," katanya.
Ketua tim peneliti baterai lithium-ion FTUI Prof. Anne Zulfia Syahrial mengatakan LTO tidak rentan mengalami short circuit (korsleting) pada saat proses charging (pengisian electron).
Arus listrik yang dihasilkan lebih stabil dan aman dibandingkan baterai lithium graphite yang umum banyak digunakan pada baterai kendaraan listrik saat ini.
"Kelemahannya, kapasitas spesifik (LTO) di 175 mAh/g, lebih rendah dari grafit di 372 mAh/g."
"Tim kami mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mencampurkan Sn atau Si dan karbon aktif dari limbah batok kelapa menjadi komposit."
"Kami juga mengolah ampas kopi menjadi grafen untuk dicampurkan dengan LTO," katanya.
Keunggulan baterai lithium-ion dengan LTO yang dikembangkan yaitu bobotnya ringan dan waktu pengisian daya lebih cepat.
Tim Peneliti FTUI memperkirakan baterai mobil listrik dengan LTO ini dapat mencapai bobot 200 kilogram jauh lebih ringan dibandingkan dengan baterai berkapasitas sama yang ada saat ini dengan bobot kisaran 500 kilogram.
Top, ampas kopi dikembangkan menjadi material baterai lithium ion untuk kendaraan listrik.
- Kemitraan BYD dan PLN Dorong Penguatan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
- Kandidat Ketum ILUNI FHUI Ini Siapkan Proker Konsultasi Hukum Gratis
- Akses Listrik Berkeadilan Dinilai jadi Kunci Ekosistem Kendaraan Listrik
- Pameran Kendaraan Listrik PEVS 2025 Digelar April, Berikut Info Tiketnya
- Mengapa Saat Hujan Gerimis Perasaan Seseorang jadi Melankolis? Begini Penjelasan Psikolog
- Buntut Penangguhan Gelar Doktor Bahlil, Deolipa Minta 2 Dekan UI Mundur dari Jabatannya