Topik yang Banyak Dihindari, Tapi Banyak yang Bertanya: Kematian Karena COVID-19

Selain itu, ada juga penyebab kematian COVID-19 lainnya, namanya badai sitokin.
Ini terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat sehingga membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat.
"Sistem imun kita yang menyembuhkan [COVID-19]. Dalam seminggu pertama, sistem imun kita berjuang dalam melokalisir virus," katanya.
"Tapi, masuk di minggu kedua, virusnya memang jatuh, betul virusnya berkurang, tapi sistem imunnya berlebihan. Makanya ada badai sitokin."
Menurut laporan CDC, lebih dari 80 persen kematian akibat COVID-19 terjadi pada mereka yang usianya lebih dari 65 tahun, sementara 45 persen pada mereka di atas 45 tahun.
Syok septik dan kerusakan banyak organ akibat radang paru-paru kronis supuratif merupakan sebab kematian paling umum, menurut penelitian pada jenazah COVID-19 di Jerman Februari tahun ini.
Pasien yang mereka teliti memiliki penyakit komorbid seperti hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan obesitas.
Apakah jenazah COVID-19 masih bisa menularkan virus?
Menurut organisasi forensik Amerika Serikat, National Association of Medical Examiners (NAME), "risiko menularkan COVID-19 melalui droplet setelah meninggal dunia dianggap minim", namun mungkin saja terjadi.
Angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 100 ribu dan diperkirakan akan terus bertambah
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia