Tradisi Merawat Mayat di Toraja, Baju Diganti, Kopi Ditaruh
jpnn.com - Tiap kampung di Toraja Utara memiliki aturan Ma’nene atau merawat mayat berbeda. Untuk membuat satu liang di batu makam, warga biasanya butuh tiga sampai enam kerbau.
DEBORA DANISA SITANGGANG, Toraja Utara
SEONGGOK batu raksasa itu berdiri megah di sudut puncak bukit. Sisi-sisinya sudah dilubangi dengan bentuk persegi dan ditutupi pintu dari kayu mahoni.
Coraknya beragam. Khas Toraja. Jumlahnya mencapai seratus lebih. Di dalam lubang tersebut ada mayat. Dan sebagian besar sudah berjajar maupun bertumpuk dalam satu liang.
Itulah batu Lo’ko’ Mata, batu makam yang ada di wilayah Lembang (Desa) Tonga Riu, Sesan Suloara, Toraja Utara.
Lo’ko’ Mata merupakan sebuah batu yang paling besar di antara makam-makam batu lain di bukit sebelah utara Kota Rantepao tersebut.
Selama perjalanan dari Rantepao, ibu kota Toraja Utara, ke Tonga Riu, Jawa Pos melihat pula batu-batu besar lain dengan makam di dalamnya.
Namun, tidak ada yang sebesar Lo’ko’ Mata yang kini sudah dilubangi hingga lebih dari seratus liang. Ukurannya kurang lebih sama seperti rumah bertingkat tiga.
Dalam tradisi merawat mayat di Toraja, keluarga juga memasukkan barang atau makanan kesukaan mendiang semasa hidup, kebanyakan sirih dan kopi, ke dalam liang.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408