Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi

jpnn.com, MATARAM - Persimpangan Tugu Tani di Jalan Pejanggik, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi lokasi perang bobok atau adu api, Selasa (21/3).
Perang bobok merupakan tradisi yang dilaksanakan secara rutin dalam rangka menyambut Nyepi di Pulau Lombok.
Tradisi tersebut dilaksanakan pada sore hari atau setelah pawai ogoh-ogoh.
Salah satu Pecalang di Kelurahan Sweta, Komang Katayasa, menjelaskan perang bobok itu mempertemukan dua kelompok pemuda asal Negara Sakah dan Sweta di Mataram.
Kedua kelompok pemuda itu sama-sama membawa bobok, yakni daun kelapa kering yang diikat lalu dibakar.
"Kedua kubu saling menyerang. Tentunya, bobok yang dibakar ini bisa menimbulkan luka," kata Komang.
Walaupun begitu, peserta perang bobok selalu bersemangat. Para penonton juga menyambutnya dengan penuh antusiasme.
"Ini (perang bobok) memang tradisi yang setiap tahun kami lakukan, tidak berani tidak melakukannya," ujar Komang.
Dua kelompok pemuda saling menyabetkan daun kelapa kering yang diikat dan dibakar dalam rangka perang bobok. Tidak ada dendam setelah perang api itu usai.
- Kemenag: 7 Calon Jemaah Haji Asal Kota Mataram Meninggal Dunia
- Irjen Hadi Gunawan: Di NTB Tidak Boleh Ada Geng Motor
- KPK Dalami Korupsi Shelter Tsunami NTB, Waskita Karya Berpotensi Jadi Tersangka Korporasi
- Seusai Nonton Balap Liar, Warga Dianiaya Geng Motor
- Pencuri Bertato Ini Apes setelah Aksinya Ketahuan Korban, Begini Ceritanya
- Pemkab Lombok Tengah Pastikan Stok LPG 3 Kilogram Aman Menjelang Ramadan 2025