Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi

Namun, Komang menegaskan dua kelompok pemuda yang terlibat perang bobok itu tidak bermusuhan. Padamnya api di bobok merupakan akhir perang.
"Setelah api padam, perang dengan sendirinya akan berakhir juga," tutur Komang.
Setelah acara usai pun kedua kubu tidak menyimpan dendam. Semua pihak menganggap perang bobok sebagai ritual turun-temurun.
"Selesai perang, maka mereka tetap saling merangkul, bisa dilihat seperti tadi itu. Aman-aman saja," kata Komang.
Selain sebagai ritual menyambut Nyepi, perang bobok juga bertujuan menolak balak wabah yang terjadi di dunia.
"Sama kayak corona (Covid-19, red) itu, kan, dan terbukti wabah itu hilang," kata Komang.
Oleh karena itu, perang bobok tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Pemuda yang ingin berpartisipasi dalam perang api itu harus menyiapkan fisik maupun mental.
Dua kelompok pemuda saling menyabetkan daun kelapa kering yang diikat dan dibakar dalam rangka perang bobok. Tidak ada dendam setelah perang api itu usai.
- Kemenag: 7 Calon Jemaah Haji Asal Kota Mataram Meninggal Dunia
- Irjen Hadi Gunawan: Di NTB Tidak Boleh Ada Geng Motor
- KPK Dalami Korupsi Shelter Tsunami NTB, Waskita Karya Berpotensi Jadi Tersangka Korporasi
- Seusai Nonton Balap Liar, Warga Dianiaya Geng Motor
- Pencuri Bertato Ini Apes setelah Aksinya Ketahuan Korban, Begini Ceritanya
- Pemkab Lombok Tengah Pastikan Stok LPG 3 Kilogram Aman Menjelang Ramadan 2025