Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi

Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi
Perang api atau perang bobok di Mataram, NTB, Selasa (21/3) dalam rangka menyambut Nyepi. Foto: Edi Suryansyah/JPNN.com

Namun, Komang menegaskan dua kelompok pemuda yang terlibat perang bobok itu tidak bermusuhan. Padamnya api di bobok merupakan akhir perang.

"Setelah api padam, perang dengan sendirinya akan berakhir juga," tutur Komang. 

Setelah acara usai pun kedua kubu tidak menyimpan dendam. Semua pihak menganggap perang bobok sebagai ritual turun-temurun.

"Selesai perang, maka mereka tetap saling merangkul, bisa dilihat seperti tadi itu. Aman-aman saja," kata Komang.

Selain sebagai ritual menyambut Nyepi, perang bobok juga bertujuan menolak balak wabah yang terjadi di dunia.

"Sama kayak corona (Covid-19, red) itu, kan, dan terbukti wabah itu hilang," kata Komang.

Oleh karena itu, perang bobok  tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Pemuda yang ingin berpartisipasi dalam perang api itu harus menyiapkan fisik maupun mental.

Dua kelompok pemuda saling menyabetkan daun kelapa kering yang diikat dan dibakar dalam rangka perang bobok. Tidak ada dendam setelah perang api itu usai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News