Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi
Namun, Komang menegaskan dua kelompok pemuda yang terlibat perang bobok itu tidak bermusuhan. Padamnya api di bobok merupakan akhir perang.
"Setelah api padam, perang dengan sendirinya akan berakhir juga," tutur Komang.
Setelah acara usai pun kedua kubu tidak menyimpan dendam. Semua pihak menganggap perang bobok sebagai ritual turun-temurun.
"Selesai perang, maka mereka tetap saling merangkul, bisa dilihat seperti tadi itu. Aman-aman saja," kata Komang.
Selain sebagai ritual menyambut Nyepi, perang bobok juga bertujuan menolak balak wabah yang terjadi di dunia.
"Sama kayak corona (Covid-19, red) itu, kan, dan terbukti wabah itu hilang," kata Komang.
Oleh karena itu, perang bobok tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Pemuda yang ingin berpartisipasi dalam perang api itu harus menyiapkan fisik maupun mental.
Dua kelompok pemuda saling menyabetkan daun kelapa kering yang diikat dan dibakar dalam rangka perang bobok. Tidak ada dendam setelah perang api itu usai.
- Pria di NTB Perkosa Teman Anaknya yang Main ke Rumah, Begini Kejadiannya
- Bertemu Presiden Prabowo, Lalu Iqbal Bicara Potensi Provinsi NTB
- Analisis Reza soal Hukuman Agus Buntung, Pria Disabilitas Pemerkosa Mahasiswi di NTB
- 5 Desa di Lombok Timur Dilanda Banjir Imbas Hujan Lebat
- Pria Disabilitas di NTB Tersangka Pemerkosaan, 13 Korban, Ada Videonya
- Pria Disabilitas Tersangka Pemerkosaan Mahasiswi Buka Suara soal Kejadian di Homestay