Tradisi Unik Ramadan di Wakatobi: Mencari Jodoh Lewat Kacang

Hal ini disampaikan oleh La Ode Manihmudar, tokoh Masyarakat Wakatobi saat ditanya mengenai tradisi kacang jodoh atau dikenal dengan Rapo-Rapo ini.
“Daerah kita ini kan daerah bebatuan, jadi tidak salah jika orang orang tua kita dulu, disamping menanam ubi juga menamam kacang. Sehingga media yang praktis untuk dijajakan di khalayak ramai itu adalah kacang,” ungkapnya.
Tradisi kacang jodoh di Wakatobi tidak hanya membawa keberkahan dalam mencari jodoh, tetapi juga memiliki dampak positif pada perekonomian lokal.
Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap tradisi ini, permintaan untuk kacang tanah sebagai sarana perkenalan juga meningkat.
Hal ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat, seperti peningkatan penjualan kacang dan pertumbuhan usaha kecil menengah di sektor tersebut.
Wa Mina, seorang supplier kacang tanah menceritakan bahwa pada hari hari Ramadan, permintaan kacang tanah menjadi meningkat sehingga ia dapat memperoleh keuntungan yang cukup banyak.
“Kalau di luar bulan Ramadan saya tidak menjual, karena tidak ada yang membeli. Tapi saat Ramadan sehari bisa hadir 10 lliter,” ungkapnya.
Proses transaksi kacang jodoh di Wakatobi dimulai dengan kedatangan para pemuda dari berbagai desa yang berkunjung ke para penjual kacang setelah pelaksanaan tarawih dan memulai transaksi kacang dengan berbagai macam cara seperti berpantun atau membaca syair.
Sebuah tradisi unik menghiasi pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara, di tengah bulan suci Ramadan.
- Salat Id di Wilayah Polres Priok Berjalan Khidmat Berkat Sinergi Masyarakat dan Aparat
- Ketua MUI Ajak Umat Islam Tetap Memiliki Integritas Seusai Ramadan
- Johan Rosihan PKS: Idulfitri jadi Momentum Membangun Negeri dengan Akhlak
- Membangun Pribadi Berintegritas di Hari Raya Idulfitri
- Apresiasi Petugas Pengamanan Mudik, Polres Tanjung Priok dan Bhayangkari Bagikan Bingkisan
- Le Minerale Berbagi Berkah Ramadan ke 108 Masjid