Tradisi Unik, Warga di Desa Ini Dilarang Jual Beras
Selain menjaga kebutuhan pokok sehari-hari di masa yang akan datang, larangan menjual padi membuat masyarakat Cisungsang juga memiliki solidaritas dan budaya gotong royong tinggi.
“Hanya boleh untuk konsumsi saja, jadi kami tidak boleh menjual. Makanya kalau ada yang datang, kami wajib menyuguhkan makanan. Jangan sampai datang ke sini terus pulang ada bahasa lapar,” kata pria kelahiran 43 tahun silam ini.
Untuk menyimpan padi tersebut, masyarakat diwajibkan memiliki leuit (lumbung padi). Tidak ada ketentuan pasti untuk ukuran leuit, luasnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, rata-rata setiap leuit yang dimiliki masyarakat dapat menampung sekira dua ribu hingga tiga ribu pocong pare atau ikat padi. Per ikat padi memiliki berat mencapai sekira tiga kilogram.
Menurut Henri, dari padi juga penjagaan tradisi tetap dilestarikan kepada generasi mudanya.
Medianya melalui prosesi adat seren taun yang dijalankan melalui pakem-pakem tradisi yang sudah ada, tetapi tetap dikombinasikan hiburan masa kini di luar acara adat.
“Ini agar anak mudanya yang kenal teknologi tidak menolak. Ini strategi kami. Tidak ada seren taun tanpa padi, tidak ada padi tanpa petani,” katanya.
Namun, kata Henri, peran Abah Usep sebagai Ketua Adat sangat melekat dalam penjagaan tradisi Kasepuhan Cisungsang. Bahkan, Ketua Adat direpresentasikan sebagai perwakilan leluhur.
MASYARAKAT Kasepuhan Adat Cisungsang memiliki tradisi unik. Warga di sana dilarang menjual beras atau padi. Mereka diwajibkan memiliki leuit atau
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara