Tragedi Bom Marriott jadi Pengingat Bahaya Ancaman Terorisme
jpnn.com, JAKARTA - Tragedi bom JW Marriott pada 2003 akan jadi pengingat tentang bahaya ancaman terorisme.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar pada peringatan 19 tahun tragedi bom JW Marriott tepatnya pada 5 Agustus 2003.
Dalam peristiwa itu 14 orang meninggal dunia dan 156 mengalami luka-luka.
"Bom Mariott perlu terus diingat agar seluruh masyarakat tak lupa begitu berbahayanya aksi terorisme," kata Boy Rafli melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Boy menegaskan peristiwa tersebut tidak boleh kembali terjadi.
Semua anak bangsa harus melawan segala bentuk kekerasan dan mengumandangkan bahwa tragedi itu tidak layak terjadi di tanah air dan bagi dunia.
Dalam upaya pencegahan aksi terorisme termasuk ide-ide yang melatarbelakanginya, BNPT bersama unsur pemerintah dan masyarakat melakukan kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi dan deradikalisasi.
BNPT juga menyelenggarakan forum yang mempertemukan antara korban/penyintas dengan mitra deradikalisasi. Cara ini menjadi katalisator pemulihan dan reintegrasi sosial kedua pihak.
Tragedi bom JW Marriott pada 2003 menewaskan 14 orang dan 156 mengalami luka-luka.
- Cegah Teror Saat Natal, Polri Sterilisasi Seluruh Tempat Ibadah
- BNPT Beri Sertifikat ke-16 Pengelola Objek Vital soal Pencegahan Terorisme
- Tinjau Program Sekolah Damai di SMAN 13 Semarang, Kepala BNPT Beri Pujian
- BNPT & PNM Kerja Sama Cegah Radikalisme lewat Pemberdayaan Ekonomi
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme