Tragedi Haiti, Tangis Haiti Jelang Pemilu
Mulai dari Gempa, Kolera, hingga Huru-hara
Minggu, 28 November 2010 – 14:21 WIB
Siapa pun presidennya, dia nanti menghadapi tugas berat. Negara yang dimerdekakan oleh bekas budak tersebut kini menjadi negara paling melarat di benua Amerika. Kemelaratan itu ditambah dengan belum pulihnya negara tersebut dari salah satu bencana terburuk dalam sejarah dunia.
Istana kepresidenan, gedung mahkamah agung, senat, dan kongres rata dengan tanah bersama 90 persen kantor pemerintahan lainnya. Sejumlah pejabat dan anggota dewan menjadi bagian dari daftar korban tewas.
"Banyak sekali yang meninggal. Dalam beberapa posisi, tidak ada yang bisa langsung digantikan," ujar Joseph Jasmin, menteri urusan keparlemenan Haiti.
"Untuk sebagian posisi strategis, kami belum mampu mencari penggantinya," tambahnya dalam sebuah wawancara yang dilansir AFP. "Jadi, pemerintahan Haiti saat ini terpaksa berjalan tanpa mereka," tandasnya.
Dia menambahkan, pemerintah baru akan menghadapi kesulitan besar. "Pemerintahan dijalankan di dalam tenda, kehilangan banyak staf yang kompeten, banyak kehilangan basis data dan standar pembanding kinerja," tuturnya.
PORT-AU-PRINCE - Negara Karibia ini tiada henti didera penderitaan. Keterpurukan akibat gempa dahsyat 7,3 skala Richter awal tahun ini masih terasa
BERITA TERKAIT
- Jaga Demokrasi, 60 Universitas Jerman Angkat Kaki dari X
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik