Tragedi Prestasi

Oleh: Dahlan Iskan

Tragedi Prestasi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Adegan seperti itu dilihat dengan sangat jelas oleh penonton yang ada di tribun, yang posisi mereka lebih tinggi. Emosi penonton meledak. Solidaritas sesama penonton meluap.

Begitulah psikologi penonton sepak bola. Mereka disatukan oleh emosi. Mereka tidak peduli suku, agama, ras, umur, dan gender. Mereka merasa satu keluarga, satu suku, satu bangsa, satu agama. Tidak ada persatuan bangsa melebihi persatuan bangsa sepak bola.

Saya pernah membuat kaus dengan tema tulisan seperti itu: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Bahasa Bola.

Saya melihat, dari situlah tragedi itu meledak. Ini bukan Arema lawan Persebaya. Bukan Aremania lawan Bonek. Ini penonton lawan petugas. Ada teriakan Sambo juga di sana.

Mengamankan tim Persebaya ke rantis sudahlah langkah yang jitu. Apalagi kalau bisa segera keluar dari kompleks stadion.

Maka prioritas berikutnya, seharusnya, membuka jalan keluar dari stadion. Bukan saja untuk tim lawan, juga untuk mengurangi kepadatan stadion.

Pasti banyak juga yang sudah ingin pulang. Sudah sangat malam. Tetapi mereka tidak bisa keluar. Buntu.

Di dalam stadion sebenarnya sudah tidak ada lagi faktor penentu yang bisa memicu kerusuhan.

Saya melihat, dari situlah tragedi itu meledak. Ini bukan Arema vs Persebaya. Bukan Aremania lawan Bonek. Ini penonton lawan petugas. Ada teriakan Sambo juga..

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News