Tragedi Tapanuli, 17 Siswa Tewas

Tragedi Tapanuli, 17 Siswa Tewas
Dump truk tua untuk mengangkut pelajar terguling di areal kebun sawit. 17 orang pelajar tewas tertimpa truk. Foto: Gideon/New Tapanuli/JPG

Korban yang meninggal adalah Gabriel Laia, 12; Viliana Laia, 16; Rosalinda Manik, 16; Risda Wati Hutagalung, 16; Boi Tinambunan, 16; Indah Sari Tinambunan, 16; Upiana Laia, 15; Bona Munthe, 14; Ariantinus Manalu, 16; dan Arfianus Mendofa, 14. Selanjutnya, Agusman Delau, 15; Ranto Manalu, 16; Paulinus Tumanggor, 15; Jonas Rivaldo Hulu, 13; Erwinto Nainggolan, 17; Purnama Sari Siregar, 17; dan Victor Telambenua, 15.

Ricard Tamba, 15, salah seorang korban yang selamat, membenarkan bahwa truk sempat mendahului kendaraan lain. ’’Lalu, tiba-tiba serasa mengerem mendadak. Kemudian, truk terbalik dan kami sudah berada di parit yang basah dan berlumpur,’’ ungkapnya.

’’Ada beberapa kawan yang berteriak minta tolong dari bawah bak truk itu. Tapi, kami tidak bisa berbuat apa-apa,’’ imbuhnya.

Tragedi di Tapanuli Tengah itu merupakan potret buram pendidikan kita. Sekolah kadang masih sulit dijangkau anak-anak Indonesia. Untuk diketahui, anak karyawan PT SGSR harus menempuh perjalanan sejauh 25 kilometer untuk menuju sekolah. Parahnya, mereka harus naik truk yang seharusnya tidak patut ditumpangi manusia.

Insiden-insiden yang dialami siswa saat berangkat ke sekolah ternyata belum membuat pemerintah benar-benar melakukan aksi nyata untuk menjaga keselamatan siswa. Sebelumnya, anak-anak di beberapa daerah harus menantang bahaya melewati jembatan rusak saat pergi ke sekolah.

Dari Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyayangkan para siswa yang berangkat ke sekolah naik truk. Apalagi kondisi truk tersebut tidak layak sehingga mengalami patah as roda depan. ’’Seharusnya kasus seperti itu bisa diantisipasi,’’ tegasnya.

Ke depan, dia berharap urusan keselamatan siswa menuju dan pulang sekolah lebih diperhatikan. Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu menyatakan, seluruh orang dewasa harus mulai menunjukkan perhatian terhadap perjalanan siswa menuju sekolah. ’’Mari kita anggap mereka itu adalah adik-adik kita sendiri. Bukan anak bapak ini atau bapak itu,’’ ujarnya.

Dia mencontohkan, banyak anak yang bermain di pinggir jalan perkotaan. Padahal, itu sangat berbahaya bagi mereka. Anies berharap siapa pun yang mengetahui mau mengingatkan mereka tentang keselamatan bermain di pinggir jalan. ’’Jangan kalau sudah terjadi kecelakaan baru ramai,’’ ungkapnya.

TAPTENG – Kecelakaan ngeri terjadi di Desa Masnauli, Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, Kamis pagi (28/5). Sebanyak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News