Tren Gaya Hidup Berubah, Mal Bukan Lagi Tempat Belanja

jpnn.com, SURABAYA - Perubahan gaya hidup membuat masyarakat kini lebih banyak pergi ke mal untuk menikmati leisure, kuliner, atau sekadar kongko.
Pelaku usaha pun tanggap dengan perubahan tersebut. Konsep pusat perbelanjaan diperbarui.
Tidak heran, saat ini keberadaan lifestyle mall kian menjamur, termasuk di Surabaya.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim Sutandi Purnomosidi mengungkapkan, berbeda dengan konsep konvensional, lifestyle mall mengusung lebih banyak tenant food and beverage.
”Munculnya lifestyle mall sebagai konsekuensi makin tingginya daya beli masyarakat untuk menikmati leisure dan kuliner dan itu kian semarak pada 2018,” ujar Sutandi, Senin (1/1).
Di dalam lifestyle mall, tenant food and beverage cukup mendominasi dibandingkan tenant yang lain.
Namun, tidak ada konsep atau komposisi tertentu terkait tenant secara baku.
”Mengembangkan lifestyle mall tidak terlepas dari kejelian pengembang untuk meramu tenant mix yang sesuai dengan keinginan pasar,” jelas Sutandi.
Perubahan gaya hidup membuat masyarakat kini lebih banyak pergi ke mal untuk menikmati leisure, kuliner, atau sekadar kongko.
- Bulog Gelar 'Trekking Bersama Befood Community' di Pasir Pete Sentul
- 34,54 Juta Ton Sampah Nasional Tak Dikelola, Kao Indonesia Ciptakan Gaya Hidup Bersih
- Prevalensi Obesitas di Indonesia 23,4%, LIGHThouse Siap Bantu Klien Makin Sehat
- Lewat Program Ini, Telkom Berkomitmen Mengatasi Perubahan Iklim di Indonesia
- Hiburan & Bisnis jadi Strategi Yudist Ardhana Optimalisasi YouTube Shopping Affiliates
- Resmi Hadir, Penabulu Shop Punya Visi Sosial Berkelanjutan