Tren Voluntir di Negara Maju Picu 'Industri' Panti Asuhan di Negara Berkembang
Anak muda Australia yang melakukan kerja sosial sambil berlibur di luar negeri kini diminta memikirkan kembali aktivitasnya karena telah memicu bertambahnya jumlah anak "yatim piatu" di negara berkembang.
Menurut LSM Save the Children, di wilayah yang populer didatangi voluntir luar negeri seperti Bali, Thailand, dan Kamboja, jumlah anak-anak "yatim piatu" sudah meningkat 6000 persen.
"Kebanyakan orang punya niat baik, jadi voluntir liburan sambil melakukan kegiatan sosial dianggap menarik. Pilihan yang disukai yaitu rumah yatim piatu," kata Karen Flanagan dari Save the Children.
"Mereka di negara berkembang melihat kesempatan ini dan mengambil anak-anak dari keluarganya, atau menjual anak-anak dari keluarga miskin, untuk memenuhi permintaan kunjungan voluntir ke rumah yatim piatu," jelasnya.
Menurut sebuah lembaga lain ReThink Orphanages, sekitar 80 persen anak-anak yang tinggal di panti asuhan negara berkembang bukanlah yatim piatu, atau paling tidak masih memiliki satu orangtua.

Di tahun 2015, perusahaan agen perjalanan internasional Intrepid Travel menjadi perusahaan besar pertama yang tidak lagi mengiklankan kunjungan ke panti asuhan bagi turis Australia.
Anak muda Australia yang melakukan kerja sosial sambil berlibur di luar negeri kini diminta memikirkan kembali aktivitasnya karena telah memicu bertambahnya jumlah anak yatim piatu di negara berkembang.
- Tentang Hari Anzac, Peringatan Perjuangan Pasukan Militer Australia
- Anak Yatim Piatu Jadi Saksi Peluncuran Oreo Buatan Indonesia ke Luar Angkasa
- Perhutani Bakal Sanksi Tegas Tempat Wisata Alam yang Melanggar Aturan
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Perbaiki Imun, Dexa Medica Donasikan Suplemen Kepada Ratusan Dhuafa & Anak Yatim Piatu