Trump Ancam Hajar Tiongkok Lebih Keras Lagi
Menurut Liu He, kedua kubu tinggal mencari nada yang sama untuk tiga poin utama. Pertama, tuntutan Tiongkok agar semua kenaikan tarif dibatalkan belum disetujui AS. Kedua, detail mengenai janji pembelian komoditas AS oleh Tiongkok. Ketiga, titik keseimbangan dalam kompromi terhadap kebijakan yang bersifat prinsip.
''Kami harap AS menahan diri. Dengan begitu, ketegangan bisa dihindari,'' imbuh Liu.
Pertanyaan dari investor cuma satu, di mana garis finisnya? Hingga April lalu, mereka percaya bahwa tahun ini merupakan garis akhir perundingan perdagangan. Media internasional sempat mengabarkan bahwa Xi Jinping bakal ke Washington pada medio 2019.
Harapan itu terkubur seiring dengan unggahan Trump soal kenaikan tarif impor. SekaÂrang investor bersiap untuk menghadapi skenario terburuk. Sekjen Pangoal Institution Wang Dong, dilansir The Straits Times, menduga bahwa perang dagang akan lama dan berbelit laiknya Perang Dingin dengan Rusia. Bukan hanya tarif, namun soal spionase teknologi dan inisiatif jalur sutra juga menjadi bumbu ketegangan antara AS dan Tiongkok.
''Era integrasi ekonomi global sudah berakhir,'' ucap Benn Steil, direktur program ekonomi internasional di Council on Foreign Relations.
Boleh jadi, dua raksasa itu akan menjadi dua kutub berseberangan. Dan, semua negara dunia harus memilih sisi. Mencoba merangkul dua kubu bakal menjadi langkah yang sulit dan rentan menjadi bumerang. Hati-hati, bisa-bisa negara tersebut dikucilkan keduanya.
Brahma Chellaney, analis di Centre for Policy Research, mengatakan bahwa kemungkinan itu besar. Sebab, sikap menentang ekspansi ekonomi agresif ala Tiongkok merupakan keputusan bipartisan. Artinya, Republik maupun oposisi Demokrat setuju.
Namun, ada pula pendapat yang menyatakan, jika Trump tak lagi berada di pucuk pimpinan AS, konflik dua negara tak akan segoyah sekarang. Bahkan, Trump mungkin saja gagal mempertahankan hukumannya terlalu lama. Menurut Bonnie Glaser, pakar Tiongkok di Center for Strategic and International Studies (CSIS), sembilan di antara sepuluh barang yang dibeli konsumen AS datang dari Tiongkok. Jika harga barang-barang itu terus naik, posisi Trump bakal terancam. (bil/c4/sof)
Presiden AS Donald Trump tak henti menebar ancaman kepada Tiongkok. Akhir pekan lalu dia memulai proses pemungutan tarif untuk semua barang impor
Redaktur & Reporter : Adil
- Wanita Global
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Medali Debat