Trump Bocorkan Informasi Sangat Rahasia AS ke Rusia

Trump Bocorkan Informasi Sangat Rahasia AS ke Rusia
Donald Trump. Foto: AFP

Dia juga menyatakan bahwa kedua pihak berbagi informasi tentang isu kemanusiaan. Kepada Rusia, Trump berpesan agar Kremlin lebih serius memerangi terorisme.

Trump yang kini menjadi penguasa Gedung Putih dan memegang kendali nuklir AS memang punya hak untuk berbagi informasi rahasia dengan negara lain. Tapi, untuk informasi sangat rahasia yang masuk kategori codeword, Trump tidak bisa sembarangan membocorkannya. Sebab, selain membahayakan keamanan negara, keteledoran bisa mengancam nyawa sumber intelijen yang menghimpun informasi itu.

Sebelum membocorkannya kepada pihak lain, seharusnya Trump berkonsultasi lebih dahulu dengan sekutu-sekutu AS dan terutama pihak yang memberikan informasi tersebut. Padahal, sejak lama, AS menjalin kerja sama intelijen dengan negara-negara sekutu. Maka, informasi yang AS dapatkan itu bisa berasal dari negara-negara lain. Jika Trump asal membocorkannya, keamanan sekutu AS pun terancam.

”Kabar itu sangat mengganggu. Gedung Putih harus segera memberikan penjelasan terperinci tentang ini semua,” kata Bob Corker, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.

Politikus Partai Republik itu mengaku kecewa terhadap Trump yang ceroboh. Kini AS harus menjelaskan kepada sekutu-sekutunya tentang hal-hal yang Trump dan delegasi Rusia bahas di balik ruangan tertutup pekan lalu.

Pada masa kampanye pemilihan presiden (pilpres), Trump sering mengkritik Hillary Clinton karena dianggap tidak bisa memegang rahasia. Lewat Twitter maupun pernyataan verbal, suami Melania Knauss itu menyebut Clinton teledor. Terutama karena dia menggunakan alamat surat elektronik (surel) pribadinya dalam urusan pekerjaan. Akibatnya, banyak informasi rahasia yang terpublikasi.

Pekan lalu ternyata Trump melakukan hal yang sama. Dia membocorkan rahasia intelijen kepada Rusia yang meski di mata Trump adalah teman, di hadapan publik AS tetaplah musuh. Demi teman yang diduga kuat punya peran penting di balik kemenangannya November lalu, Trump bahkan bersedia menyambut Lavrov secara langsung.

Oval Office yang selama ini hanya digunakan untuk menyambut kepala negara pun dimanfaatkan Trump untuk menemui Lavrov. Selain Lavrov, ada Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak dalam rombongan delegasi Negeri Beruang Merah tersebut. Kislyak adalah pejabat Rusia yang diam-diam bertemu Flynn pada masa transisi kepresidenan. Pertemuan itu pulalah yang membuat Flynn terdepak dari pemerintahan.

Gedung Putih jebol. Sebuah rahasia negara keluar dari Oval Office, ruangan yang seharusnya menjadi tempat dengan pengamanan paling ketat di dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News