Trump Masih Beri Iran Kesempatan Bertobat

Melalui pernyataan tertulis, Rouhani mengimbau AS untuk meninjau ulang keputusan Trump tersebut dan memikirkan dampaknya terhadap pertahanan keamanan.
Lebih lanjut, Rouhani mengatakan bahwa JCPOA bukanlah perjanjian bilateral antara AS dan Iran. Banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Karena itu, suara AS saja tidak cukup kuat untuk mengakhiri kesepakatan tersebut.
Apalagi, Jerman, Inggris, dan Prancis memilih tetap bertahan dalam JCPOA. ’’Apakah bisa seorang presiden membatalkan traktat internasional yang disepakati banyak negara?’’ kritiknya.
Sementara itu, Jerman yang sejak awal memperingatkan Trump agar tidak gegabah dalam menyikapi JCPOA mulai khawatir. Sebab, di tengah krisis nuklirnya dengan Korea Utara (Korut), AS justru memantik krisis baru dengan Iran.
Alasannya pun masih sama, nuklir. ’’AS telah mengirimkan sinyal yang berbahaya dan sulit dipahami,’’ kata Menteri Luar Negeri Sigmar Gabriel kepada radio Deutschlandfunk. (AP/Reuters/BBC/hep/c19/any)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak jadi membatalkan kesepakatan nuklir Iran. Namun, dia mengajukan sejumlah syarat kepada negeri para Mullah tersebut
Redaktur & Reporter : Adil
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- Buruh Jabar Khawatir Tarif Trump Bakal Memicu PHK Massal
- Realitas Utang
- Prabowo & Anwar Ibrahim Bahas Dampak Kebijakan Tarif Impor Donald Trump
- Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir Sampaikan Usulan Guna Mitigasi Kebijakan Tarif Resiprokal AS
- Demo di Akhir Pekan, Ribuan Warga Amerika Kecam Persekutuan Elon Musk & Donald Trump