Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat
"Soal aborsi yang diangkat oleh Kamala, itu [menunjukkan] value-nya sudah enggak ada, … boleh kamu aborsi, tapi ada aturannya, bukan kamu bisa melakukan apa pun yang kamu suka."
Aiky juga tidak setuju dengan kebijakan yang memperbolehkan mereka yang belum dewasa untuk menjalani 'gender-affirming care' tanpa persetujuan orangtua, seperti yang berlaku di beberapa negara bagian.
"Negara ini adalah tolok ukur kebebasan, tapi kebebasan yang berdasarkan aturan, ada hukum dan peraturan yang berlaku, ada nilai-nilai luhur yang harus dipegang."
Marah karena Trump menang
Meski tidak bisa memilih karena bukan warga Amerika Serikat, Michael mengaku mendukung Kamala Harris yang sama-sama berasal dari latar belakang bukan warga kulit putih.
"Saya mendukung Harris karena ia adalah perempuan kulit berwarna, sama seperti saya, seorang imigran, dan orang kulit berwarna."
"Saya khawatir xenofobia [ketidaksukaan terhadap warga asing] dan isu rasisme ketika Trump menjadi presiden akan semakin parah, juga jika ia meloloskan RUU deportasi," katanya.
"Ini berbeda dengan Harris, yang juga adalah perempuan kulit berwarna. Saya rasa hal ini menjadi hal terakhir di benaknya."
“Ia [Trump] adalah seorang narapidana, sementara Harris adalah kandidat presiden yang lebih layak,” ujar Michael kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Suka atau tidak, Amerika Serikat sudah menentukan pilihannya: Donald Trump akan menjadi presiden yang baru
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Keluarga Donald Trump Berminat untuk Berinvestasi di Indonesia
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Waduh, 5 WNI Ini Ingin Jual Ginjal ke India, Diiming-imingi Uang Sebegini
- Dangkal Dalam
- Dunia Hari Ini: Tiga Orang Ditangkap Terkait Meninggalnya Penyanyi Liam Payne