Trumpkim Summit
Oleh Dahlan Iskan
Tidak ada tuntutan apa pun ke arah Amerika. Sama sekali. Misalnya minta pengurangan jumlah tentara Amerika yang ditempatkan di Korsel.
Kim pada dasarnya memang sudah berubah pikiran. Sejak tahun lalu. Dengan atau tanpa gertakan Amerika.
Terutama sejak harapan tertingginya sia-sia: percobaan terakhir senjata nuklirnya itu. Yang gagal total itu. Yang gunungnya sampai runtuh itu. Yang fasilitas percobaannya ikut hancur itu.
Sebagai anak muda Kim sangat realistis: dunia sudah berubah. Rajanya komunis Soviet sudah wasalam. Ratu komunis Tiongkok sudah lebih kapitalis dari kapitalis setengah hati.
Vietnam sudah punya 18 special economic zone. Dan segera ditambah tiga lagi. Semua untuk menampung investasi dari Tiongkok yang dibencinya.
Kuba sudah membuka kedubes di Amerika. Laos sudah menjadi kucing yang tidak bisa menangkap tikus. Maka Korut tinggal menunggu momentum.
Kini momentum itu tiba. Semua pertanda-pertanda mengarah ke sana: presiden Amerika-nya tukang gertak, ekonomi Korutnya kian tak tertahankan, Tiongkok-nya kian jual mahal, Korsel-nya dipimpin orang yang gengsinya tidak tinggi.
Setelah pertemuan puncak di Cappella Hotel Singapura kemarin itu apalagi yang ditunggu? Tentu: pembangunan ekonomi. Dan peningkatan kesejahteraan rakyatnya.