Tsunami Aceh Bisa Saingi Film Titanic

Tsunami Aceh Bisa Saingi Film Titanic
Sutradara Dwi Ilalang. Foto: Agus Srimudin/JPNN.
JAKARTA - Tragedi tsunami disertai gempa mahahebat di Aceh pada Desember 2004 lalu, sepertinya sulit dijadikan film oleh para sutradara Indonesia. Sementara, bila merujuk pada film legendaris Titanic yang masih melekat di hati dunia, kesuksesannya juga karena dukungan pemerintah yang sangat besar. Seperti disampaikan sutradara Dwi Ilalang, tragedi Aceh sulit dibikin film karena biaya produksinya sangat mahal, bisa mencapai puluhan miliar.

"Tragedi Aceh itu kalau dibuat film memang menarik. Tapi saya kira sulit terealisasi, bila tak ada dukungan dari pemerintah. Kalau film Titanic itu, memang ada support yang kuat," papar sutradara film The Maling Kuburans, yang segera diluncurkan ke publik Indonesia itu.

Menurut Dwi, yang susah itu antara lain adalah membuat air bah yang mahadahsyat seperti kejadian aslinya, juga mengadakan kejadian-kejadian besar yang membutuhkan biaya besar pula. "Berapa puluh miliar harus disiapkan bila ingin membuat film tsunami itu secara utuh? Sementara, kalau setengah-setengah, dikhawatirkan ceritanya tidak cocok. Malah membuat polemik," ujarnya.

Namun bila film itu dibiayai oleh pemerintah, kemudian para sutradara bergabung untuk menggarapnya, termasuk sutradara top macam Hanung Bramantyo, Dwi memastikan film itu akan menyedot perhatian dunia. "Wah, kalau itu bisa dilakukan, saya kira akan menyaingi film Titanic," paparnya tersenyum yakin.

JAKARTA - Tragedi tsunami disertai gempa mahahebat di Aceh pada Desember 2004 lalu, sepertinya sulit dijadikan film oleh para sutradara Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News