Tsunami Jepang Pengaruhi Utang Indonesia
Sabtu, 19 Maret 2011 – 07:59 WIB
Jepang, lanjutnya, memang memiliki tingkat utang publik paling tinggi dibanding negara lain, yaitu lebih dari 200% terhadap APBN, dengan defisit fiskal hingga 7,5%. Namun nilai APBN Jepang juga sangat besar, sehingga kebutuhan biaya rekonstruksi diperkirakan tidak akan membuat goyah struktur biaya APBN negara itu.
Mahendra juga memperkirakan akan ada pelemahan impor oleh Jepang, seperti yang pernah terjadi setelah gempa Kobe. Sebaliknya ekspor minyak, gas, dan batu bara di Indonesia bisa jadi akan meningkat seiring tidak berfungsinya sumber pembangkit nuklir Jepang. Di lain pihak, hal ini juga akan memancing peluang kenaikan harga minyak dan gas.
Wilayah yang terkena dampak gempa dan tsunami diperkirakan menyumbang 6,5% dari Produk Domestik Bruto Jepang. Daerah ini merupakan basis produksi pertanian. Selain itu juga terdapat pusat industri baja, minyak, dan bubur kertas.
Hingga triwulan pertama setelah bencana, diprediksi pasokan bahan baku turun dan terjadi perubahan pola konsumsi dan distribusi. Tren ini akan diikuti dengan lonjakan belanja konsumen di kuartal berikutnya untuk produk-produk jangka panjang seperti kendaraan dan elektronik.
JAKARTA-Musibah gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada pekan lalu, diperkirakan tidak hanya berpengaruh terhadap lalu lintas perdagangan antara
BERITA TERKAIT
- Shell Membantah Bakal Tutup SPBU di Indonesia
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024