Tua vs Muda
Oleh Dahlan Iskan
Taiwan sendiri menganggap Taipei adalah ibu kota sementara Tiongkok --kelak akan merebut kembali seluruh daratan yang dulu ditinggalkannya. Saat kalah perang sipil lawan komunis di tahun 1949. Setelah kelak berhasil merebut daratan barulah ibu kotanya pindah ke Beijing lagi.
Karena itu sampai sekarang mereka menyebut Taiwan sebagai Republic of China --bukan Republic of Taiwan. Sedang yang di daratan sekarang adalah Peoples Republic of China --yang menurut Taiwan yang dulu memberontak itu.
Sejak 1979 PBB mengakui hanya ada satu China --yang beribu kota di Beijing itu. Amerika Serikat juga terikat dengan One China Policy --tetapi diam-diam tetap mendukung Taiwan.
Ups...bukan diam-diam. Terutama sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat.
Kini tinggal kurang dari selusin negara kecil di lautan Pasifik yang masih mengakui Republic of China sebagai satu negara. Namun Hong Kong adalah rezeki bagi Tsai Ing-wen --putri bungsu dari 11 bersaudara (dari istri keempat bapaknyi).
Jajak pendapat kini mengunggulkan Tsai Ing-wen. Persentase menangnya bisa dua digit.
Rasanya kalau oun Ing-wen menang tidak akan sebesar itu. Kampanye terakhir Han kemarin benar-benar di luar dugaan. Besar sekali. Hampir setengah juta orang.
Nanti malam kita sudah tahu siapa yang menang: Amerika atau Beijing --yang sebenarnya tidak ikut pilpres itu. Atau justru mereka berdualah yang sesungguh-sungguh capres Taiwan.(***)
Tsai Ing-wen, wanita yang kalah itu, mendadak naik daun. Dialah simbol sentimen anti-Tiongkok di Taiwan. Itu dia tunjukkan selama menjabat sebagai Presiden Taiwan sejak 5 tahun lalu.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi