Tuako Ferryanto Gani Marah Dibilang Keturunan
Kamis, 08 Desember 2011 – 06:39 WIB
"Kita ini lahir, hidup dan besar di Sumatera Barat dan tidak mungkin suatu saat saya meninggal lalu jenazah saya dibawa ke Cina. Tidak mungkin itu. Kalau saya pindah ke Cina sekarang pasti diusir dari sana karena saya tidak bisa bahasa Cina," tegasnya.
Lihat juga permainan Baronsai. Menurut Ferryanto, 80 persen pemainnya adalah saudara-saudara kita dari Melayu. 20 persen saja orang keturunan. Itu salah satu simbol kebersamaan kami di Sumatera Barat. HTT punya gedung olahraga, itu milik masyarakat, siapa saja bisa pakai, kata Ferryanto lagi.
Selain itu, Ferryanto juga mengungkap kekesalannya terhadap salah satu ormas yang menyodorkan semacam perjanjian tertulis yang isinya keharusan warga turunan untuk menjunjung tinggi adat-istiadat Minangkabau, tidak boleh membangun rumah Bagonjong dan tidak boleh menerima gelar kehormatan adat dari Minangkabau.
"Saya katakan kepada mereka, maaf saudara-saudara, saya ini tidak pernah merasa pendatang di ranah Minangkabau. Saya ini lahir, besar dan tumbuh di Minangkabau dan itu sudah berproses selama 5 keturunan. Kenapa saya dipaksa-paksa untuk menjadi keturunan dan dihalang-halangi untuk memiliki dan mencintai Minangkabau.
DEPOK - Tuako Himpunan Tjinta Teman (HTT), Ferryanto Gani mengatakan disertasi Doktor Erniwati berjudul "Cina Padang Dalam Dinamika Masyarakat
BERITA TERKAIT
- Marisa Putri, Mahasiswi Penabrak Wanita di Pekanbaru Dituntut 8 Tahun Penjara
- Kronologi Pelajar SMK Hanyut di Air Terjun Lahat
- Cegah Konflik Sampai Tahapan Pilkada Selesai, Polda Sumsel Siapkan Strategi Khusus
- Pelajar SMK di Lahat Hanyut, Tim SAR Bergerak Melakukan Pencarian
- 3 Orang Tewas dalam Kebakaran di Palembang
- Dijaga Ketat Ratusan Polisi, Pilkada Rohil Berjalan Aman dan Kondusif