Tujuh Juta Warga Australia Adalah Migran, Semakin Banyak Dari Asia

Yunas datang bersama istri dan anaknya bulan Maret 2018 setelah mendapatkan status permanen visa karena profesinya di bidang IT.
Dia mengatakan bahwa salah satu alasannya mengapa dia memutuskan pindah ke Australia dari Singapura adalah bahwa tekanan kerja di Singapura lebih besar.
"Di sana, kita seringkali harus bekerja lembur sementara di sini saya bisa meninggalkan kantor sesuai jam kerja dan tidak harus memikirkan masalah kantor sampai keesokan harinya," kata Yunas yang pindah ke Singapura ketika dia masih remaja.
"Juga dulu saya pindah ke Singapura karena orangtua, sekarang saya ingin mencari tempat tinggal yang saya pilih sendiri," katanya lagi.

Berbeda dengan Yunas, Alexander Kho bisa tinggal di Australia karena dia sebelumnya sekolah di Melbourne untuk menjadi chef.
Dia sekarang bekerja di sebuah restoran di Alice Springs di negara bagian Northern Territory, yang sudah dijalaninya selama setahun terakhir.
Di tahun 2019, Alexander yang berasal dari Medan (Sumatera Utara) tersebut mendapat status permanen visa dengan sponsor dari negara bagian tersebut.
"Memang saya pindah ke Northern Territory karena di sini lebih besar peluangnya untuk mendapatkan status permanen visa," katanya.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya