Tujuh Tahun Daniel Rudi Sutradarai Film Dokumenter tentang Terorisme

Sabar Ngobrol 14 Jam dengan Teroris Bom Bali di Nusakambangan

Tujuh Tahun Daniel Rudi Sutradarai Film Dokumenter tentang Terorisme
Tujuh Tahun Daniel Rudi Sutradarai Film Dokumenter tentang Terorisme
 

Akhirnya, perbedaan itu pun terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam film tersebut digambarkan bagaimana Noor menikmati saat-saat bersenda-gurau dengan anaknya yang masih balita. Si istri duduk manis di sampingnya sambil sesekali ikut merapikan kereta api mainan. Suasananya adem ayem, menandakan bahwa hidup mereka sempurna.

 

Sementara dalam adegan berikutnya, penonton harus bersiap mengelus dada karena mendengar ucapan pelaku terorisme dari balik jeruji besi. Jika Noor dengan santai bermain kereta api bersama anaknya, Ali Imron berkata dengan santai bahwa dirinya tidak pernah mendampingi istrinya melahirkan. "Dua anak saya lahir tanpa saya dampingi," ujarnya.

Meski dia mengaku tahu bahwa sebenarnya dalam Islam kewajiban suami, antara lain, melindungi keluarganya.  Begitu pula ketika istri Ali Imron, Nissa, bersama anaknya, Azzah Rohidah, ditanya kesannya selepas mengunjungi abi (panggilan ayah untuk Ali Imron) di Nusakambangan pada 2007. Nissa terlihat jengah, lalu mengatakan bahwa Azzah tidak sekalipun menyapa abi-nya. Menurut perempuan bercadar itu, Azzah mungkin marah karena bapaknya tidak pernah mengunjunginya.

 

Penggalan-penggalan film berdurasi 93 menit tersebut merujuk pada satu hal. Yaitu, korban terorisme bukan hanya keluarga dan mereka yang tewas terkena ledakan bom, tapi juga keluarga teroris itu sendiri. "Kebanyakan teroris yang saya temui tidak memberitahukan kegiatannya kepada keluarganya," ungkap Rudi.

Tak semua sutradara bisa melakukan seperti yang dilakukan Daniel Rudi Haryanto. Dia adalah sosok penting di balik film dokumenter tentang terorisme

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News