Tukang Cukur Langganan Habibie, Sekali Datang Dikasih...Hmmm

”Boro-boro nyukur ABRI (TNI), nyukur orang biasa aja waktu itu masih ngeri. Baru banget soalnya,” kata Nasim mengingat pengalaman pertamanya itu.
Jadilah dalam benak Nasim muncul pikiran-pikiran negatif. Bagaimana kalau dia gagal? Bagaimana kalau pelanggan pertamanya tidak puas?
Dan bagaimana-bagaimana yang lain sampai akhirnya Nasim kehilangan konsentrasi. Dan pisau Nasim pun menyayat kulit kepala sang kolonel.
Otomatis berdarah. Otomatis pula sang kolonel marah. Nasim pun ketakutan setengah mati. ”Untungnya, dia tidak sampai menampar. Saya benar-benar minta maaf,” kenang dia.
Pengalaman pahit itu pun mengajarinya untuk lebih berhati-hati. Juga mendorongnya agar lebih giat meningkatkan kemampuan.
Untuk mematangkan kemampuan, dia memilih menangani pelanggan anak-anak dulu. Pengetahuannya tentang gaya rambut yang terus berubah juga dia genjot. Sampai ”zaman now”.
Tak jarang permintaan pelanggan yang membuatnya geli. Ada yang, misalnya, minta bagian atasnya panjang, tapi pinggirnya dibuat tipis. ”Saya bilang kan jelek. Dia mah senang. Ya sudah, kita mah ngikut saja, hehehe,” ucap Nasim.
Sekian puluh tahun setelah pengalaman tak mengenakkan dengan sang kolonel tadi, Nasim pun tumbuh menjadi tukang cukur yang mumpuni. Tak heran kalau pelanggannya datang dari berbagai kalangan.
BJ Habibie bukan orang yang neko-neko untuk urusan cukur. Rambut Habibie yang sudah menipis pun tidak sulit untuk ditata.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu