Tukang Parkir Ini Hatinya Sangat Mulia

Tukang Parkir Ini Hatinya Sangat Mulia
BERHATI MULIA: Puger Mulyono bersama anak-anak dengan HIV/AIDS yang diasuhnya. Puger tak sampai hati membiarkan anak-anak itu telantar. Foto: Andra Nur Oktaviani/Jawa Pos

Kemuliaan hati Puger dan teman-temannya untuk mengurus ADHA ternyata tidak selalu direspons positif oleh masyarakat.

Menurut Puger, masyarakat, tampaknya, malah berlomba-lomba menolak keberadaan Puger dan anak-anak tak berdosa itu.

Masyarakat, dengan pengetahuan seadanya, takut Puger dan anak-anak itu akan memberikan dampak buruk jika tinggal di lingkungan mereka.

Puger berkisah, penolakan tersebut bukan sebatas kata-kata. Pernah sekali waktu dia menemukan kontrakan yang ditinggalinya bersama anak-anak dikosongkan paksa oleh warga sekitar. ’’Barang-barang kami dikeluarkan paksa oleh warga. Di jalanan,’’ kenangnya.

Puger mengaku pusing tujuh keliling. Dia bingung untuk mengamankan anak-anak asuhnya tersebut.

Dalam kondisi terpepet itu, tiba-tiba datang seorang ustad yang memberikan bantuan. Dia menyewakan sebuah rumah kontrakan di kawasan Purwosari, tidak jauh dari tempat Puger bekerja.

Puger dan anak-anak diminta menempati rumah tersebut. Tanpa pikir panjang, dia langsung membawa anak-anak ke rumah baru itu, sedangkan barang-barangnya menyusul.

Puger menyatakan, kesehatan anak-anak itu lebih penting daripada barang-barang. Semakin lama mereka terpapar di luar rumah, apalagi sampai kehujanan, mereka rawan sakit.

Puger Mulyono hidupnya pas-pasan. Namun, dia rela mendedikasikan diri untuk merawat anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) yang dikucilkan, bahkan oleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News