Tumpek Wayang di Bali Bakal Menyihir Wisatawan
jpnn.com - BALI - Bali tak ada matinya buat atraksi pariwisata. Seluruh kehidupan budaya masyarakat Bali, adalah atraksi yang memikat. Termasuk soal ritual keagamaan, yang di banyak tempat menjadi eksklusif dan tidak boleh dijadikan bahan tontonan. Di situlah salah satu daya tarik Bali bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Ada tradisi Tumpek Wayang. Tradisi yang akan digelar di setiap desa di Bali itu akan dilaksanakan pada Sabtu, 4 Juni 2016. Jaga tanggal mainnya, hari Sabtu. ”Itu akan menjadi daya tarik kami yang tidak akan pernah dilupakan para wisatawan, setiap desa akan melaksanakan Tumpek wayang,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Bali AA Gede Agung Yuniartha.
Agung mengatakan, Tumpek Wayang adalah upacara bermakna sebagai hari kesenian. Hari tersebut dipercaya sebagai kelahiran berbagai jenis alat-alat kesenian semisal gender, gong, barong, wayang dan lainnya yang kerap digunakan untuk kepentingan hiburan.
”Upacara ini digelar pada tiap 6 bulan sekali dalam sistem pengkalenderan Bali atau tiap 210 hari sekali yang termasuk dalam rentetan Hari Raya Galungan. Semua alat musik akan keluar. Nah, di sini jadi daya tarik itu menjadi semakin kuat,” ujarnya bangga.
Di Bali menggelar kegiatan ritual Tumpek Wayang juga disertai dengan hiasan yang indah seperti rangkaian janur (banten) kombinasi bunga, kue dan buah-buahan.
"Namun bagi seniman dalang wayang kulit, atau keluarga yang mewarisi seperangkat wayang kulit dari leluhurnya menggelar kegiatan ritual secara khusus dengan wayang tersebut, ratusan ribu orang akan berkumpul saat acara tersebut di setiap desa, wisatawan nusantara maupun wisatawan asing akan bersatu menikmati ritual yang unik dan menarik itu,” jelasnya.
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, Dr I Ketut Sumadi, masyarakat Bali amat sangat memegang teguh budayanya.
"Adanya prosesi ritual yang disebut Tumpek Wayang, hari baik dalam kelender Bali untuk melaksanakan kegiatan ritual yang bermakna untuk menghormati wayang kulit agar tetap mempunyai taksu (kharisma), sesuai watak dalam pementasan," ujar Ketut Sumadi.
BALI - Bali tak ada matinya buat atraksi pariwisata. Seluruh kehidupan budaya masyarakat Bali, adalah atraksi yang memikat. Termasuk soal ritual
- Penumpang Super Air Jet Jakarta-Pekanbaru Terjebak 2 Jam Dalam Pesawat, Begini Kronologinya
- Terseret Arus Sungai, Warga di Mamuju Ditemukan Sudah Meninggal Dunia
- Polisi Selidiki Penyebab Mahasiswi Tewas Terjatuh dari Gedung Gymnasium UPI
- Pitra Romadoni Nasution Apresiasi Pembentukan TIUPP Padang Lawas
- Niat Ingin Mengembalikan Handphone, Pedagang Pempek Malah Dimaki Dokter
- Polisi Berlakukan Contraflow di Tol Jagorawi Arah Jakarta