Tumpuan di Pundak Murray
Akhiri Paceklik Gelar Tuan Rumah di Tunggal Putra
Minggu, 19 Juni 2011 – 13:48 WIB

Tumpuan di Pundak Murray
LONDON - Inggris Raya sudah lama tak menyaksikan petenis tunggal putranya meraih gelar di turnamen berkategori grand slam. Terakhir kali terjadi pada 75 tahun lalu, saat Fred Perry menjadi juara di Wimbledon 1936. Tumpuan itu kini tetap mengarah pada petenis terbaik mereka saat ini, Andy Murray. Murray sudah membuktikan dirinya lebih baik dari Murray. Dia sudah meraih tiga kali final grand slam. Sekali di Amerika Serikat (AS) Terbuka (2008) dan dua kali di Australia Terbuka (2009 dan 2010). Sayang, prestasi terbaiknya di Wimbledon yang berlangsung di Inggris, paling jauh dia hanya mencapai semifinal (2009 dan 2010).
Murray menegaskan dirinya memang harus berhadapan dengan ekspektasi tersebut. Petenis yang menghuni peringkat keempat ATP (Asosiasi Tenis Putra) itu sudah makin terbiasa dengan hal itu. Terutama sejak dia meraih posisi empat besar pada 2008.
Baca Juga:
Sebelum era Murray, Tim Henman menjadi sorotan publik Inggris Raya. Namun, Henman tak mampu lepas dari tekanan menjadi pria Inggris pertama yang mengakhiri paceklik gelar grand slam. Tak sekali pun Henman meraih partai final grand slam.
Baca Juga:
LONDON - Inggris Raya sudah lama tak menyaksikan petenis tunggal putranya meraih gelar di turnamen berkategori grand slam. Terakhir kali terjadi
BERITA TERKAIT
- Timnas Basket Indonesia Tanpa Kemenangan, Pelatih dan Kapten Ungkap Pekerjaan Rumah
- Resmi, Robin Van Persie jadi Pelatih Feyenoord Rotterdam
- Korea Terlalu Perkasa, Perjalanan Timnas Basket Indonesia Berakhir di Jakarta
- Timnas U-20 Indonesia Gagal Raih Prestasi di Piala Asia U-20, Indra Sjafri Dipecat
- Perkuat Solidaritas, Pokja Wartawan Jaksel Gelar Spartan Fun Badminton 2025
- Pebulu Tangkis Pelapis Pelatnas Unjuk Gigi di Singapura