Tunggu Hasil Referendum, Kota Ketiga Terus Digempur
Selasa, 28 Februari 2012 – 08:38 WIB
Padahal, kondisi kota di barat Syria tersebut semakin memprihatinkan. Jika masyarakat internasional tak segera bertindak, korban sipil di sana maupun kota-kota lain di Syria akan terus berjatuhan. Sebab, berdalih memerangi kelompok teroris, pasukan Assad tidak mengendurkan serangan.
Sejauh ini, dunia internasional terbelah dalam menyikapi krisis di Syria. Rusia dan Tiongkok menegaskan bahwa krisis Syria yang sudah berjalan selama hampir setahun itu merupakan masalah dalam negeri.
"Saya sangat berharap Amerika Serikat (AS) dan sekutunya tak berusaha mencari celah untuk melancarkan aksi militer di Syria tanpa restu Dewan Keamanan (DK) PBB," komentar Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin. Namun, AS dan UE masih membuka segala opsi untuk menghentikan kekerasan di Syria. Sempat ada gagasan untuk mempersenjatai oposisi.
Dalam perkembangan lain, referendum soal konstitusi baru pada Minggu lalu (26/2) bakal kembali memperkokoh posisi Assad sebagai presiden. Selain reformasi sistem kepartaian, konstitusi juga akan mengalami perubahan yang berpotensi menambah masa jabatan presiden. Malah Assad bisa jadi akan tetap duduk di kursi presiden sampai 2028.
DAMASKUS - Kekerasan dan krisis politik di Syria terus berlanjut kemarin (27/2). Sehari pasca-referendum soal konstitusi baru, artileri berat kembali
BERITA TERKAIT
- Amerika Coret Kuba dari Daftar Hitam Negara Pro-Terorisme, Selamat!
- Pemerintah Imbau Jemaah Asal Indonesia Tidak Berulah
- Jepang & Korsel Sepakat Perkuat Hubungan dengan Amerika
- Mengambek, Presiden Korsel Mangkir Sidang Pemakzulan Perdana
- Kebakaran Hutan di California Sudah Renggut 24 Nyawa
- Jaga Demokrasi, 60 Universitas Jerman Angkat Kaki dari X