Tungku Sigit
Oleh: Dahlan Iskan
Sigit sama sekali tidak ingin bergerak di bidang sampah. Dia hanya dikenal sebagai orang yang banyak akal di desanya.
Tahun lalu Sigit menerima curhat dari kiai Pondok Temboro: bagaimana bisa mengatasi sampah pondok besar itu.
Soalnya sampah pondok tidak bisa diterima di tempat sampah desa: terlalu banyak.
Rumah Sigit hanya sekitar 500 meter di sebelah barat pondok.
Anda sudah tahu: Temboro adalah "pusat" Jamaah Tabligh di Indonesia. Puluhan ribu orang datang ke sana. Lokasinya tidak sampai 10 km dari pangkalan udara Iswahyudi, Maospati –ke arah barat laut.
Sigit bukan anggota Jamaah Tabligh, tetapi dia sering ke pondok itu. Sesekali salat Jumat di masjid Temboro. Masjid barunya seperti hanggar pesawat –saking besar dan simpelnya.
Awalnya Sigit hanya membakar sampah pondok itu di lahannya. Beberapa minggu kemudian dia undang penduduk untuk mengambil sampah yang bisa dijual. Sisanya yang dibakar.
Penduduk kapok: jijik. Hasilnya pun tidak memadai.
Rasanya Sigit Supriyadi berhasil menemukan cara mengatasi sampah Indonesia. Tidak perlu lokasi besar. Mungkin Sigit akan dibenci orang banyak.
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- Kokkang Ibunda
- ASABRI Gandeng FHCI Perkuat Kapasitas Human Capital Lewat Teknologi
- Menkomdigi Ajak Seluruh Elemen Bangsa Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia
- Makin Mudah Bangun Loyalitas Pelanggan dengan OCA
- Fokus Berkelanjutan, LPKR Libatkan Lini Bisnis Kelola Sampah dan Limbah