Tungku Sigit

Oleh: Dahlan Iskan

Tungku Sigit
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kata '15 menit' itu juga kira-kira. Tidak ada penanda digital atau alat pengukur. Tidak harus beli alat penanda.

Dari mana bisa tahu sampah sudah bisa dimasukkan? Dari mana tahu batanya sudah panas atau belum?

"Bisa pakai cara alamiah," katanya.

Setelah kayu membakar tungku sekitar 15 menit pasanglah telinga baik-baik. Kalau sudah ada suara letusan kecil "bleduk, bledug" berarti pembakaran dengan kayu bisa diakhiri. Dinding bata sudah panas.

"Sampah mulai bisa dimasukkan," katanya. Suara tadi itu menandakan pecahnya molekul-molekul air.

"Jadi, untuk lapisan-dalam tungku Anda tidak pakai batu tahan api?" tanya saya. Saya ingat semua konstruksi kiln dilapisi batu tahan api.

"Saya tidak mau menggunakan batu tahan api," kata Sigit.

"Kenapa?"

Rasanya Sigit Supriyadi berhasil menemukan cara mengatasi sampah Indonesia. Tidak perlu lokasi besar. Mungkin Sigit akan dibenci orang banyak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News