Tungku Sigit

Oleh: Dahlan Iskan

Tungku Sigit
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Batu tahan api itu justru menyerap panas," jawab Sigit. "Saya pakai bata karena ingin bata itu memancarkan panas untuk membakar sampah," tambahnya.

Rupanya Sigit menggunakan prinsip bakar bata di desa-desa. Lalu disempurnakan. Saya mudah memahami prinsip kerja tungku Sigit itu karena saat remaja sering ikut bakar bata.

Rupanya itulah yang membuat Sigit sering dikeluarkan dari SMA. Sampai pindah SMA sembilan kali

Dia terlalu sering mengoreksi gurunya. Terutama guru matematika dan fisika. Lalu Sigit dianggap anak nakal.

"Saya juga pernah dikeluarkan dari SMA Panca Bhakti Magetan," katanya.

Rupanya Sigit tahu SMA tersebut berada di bawah Pesantren Sabilil Muttaqin Magetan –di lingkungan keluarga besar kami. Saya pun malu tersipu.

"Apakah Anda juga sering mengoreksi guru agama?" tanya saya.

"Tidak," jawabnya. Ternyata hanya di pelajaran agama yang Sigit tidak pernah koreksi. "Ayah saya kiai," katanya

Rasanya Sigit Supriyadi berhasil menemukan cara mengatasi sampah Indonesia. Tidak perlu lokasi besar. Mungkin Sigit akan dibenci orang banyak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News