Tungku Sigit
Oleh: Dahlan Iskan
Dengan prinsip tungku seperti itu maka sampah yang tidak bisa didaur ulang tuntas terbakar di situ. Nyaris tanpa biaya operasional.
Investasinya pun sangat murah. Biaya membangun tungku itu hanya sekitar Rp 250 juta. Sebelum di-mark-up. Kalaupun satu kelurahan perlu dua tungku itu baru Rp 500 juta.
Bagaimana dengan sampah basah? Bekas pampers atau kain pel?
"Justru bagus," kata Sigit. "Kadar air di sampah itu menambah besarnya api. Molekul-molekul air yang pecah meningkatkan nyala api," katanya.
Sigit mengambil contoh kebakaran. Bila disiram dengan air yang kurang, justru membuat api lebih besar. Kecuali airnya bercampur busa yang banyak.
Rasanya Sigit berhasil menemukan cara mengatasi sampah Indonesia. Tidak perlu lokasi besar.
Mungkin Sigit akan dibenci orang banyak. Caranya menyelesaikan sampah itu merugikan para pemain proyek besar di bidang sampah. (Dahlan Iskan)
Rasanya Sigit Supriyadi berhasil menemukan cara mengatasi sampah Indonesia. Tidak perlu lokasi besar. Mungkin Sigit akan dibenci orang banyak.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- Kokkang Ibunda
- ASABRI Gandeng FHCI Perkuat Kapasitas Human Capital Lewat Teknologi
- Menkomdigi Ajak Seluruh Elemen Bangsa Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia
- Makin Mudah Bangun Loyalitas Pelanggan dengan OCA
- Fokus Berkelanjutan, LPKR Libatkan Lini Bisnis Kelola Sampah dan Limbah