Tunjangan COVID Senilai Miliaran Dolar di Australia Diduga Salah Sasaran

A$368 juta
"Ini jelas merupakan pemborosan terbesar uang rakyat dalam sejarah Australia," kata Dr Leigh.
"Tujuan Parlemen menyetujui program ini bukan untuk memberikan tunjangan kesejahteraan kepada perusahaan yang pendapatannya naik dua atau tiga kali lipat," ucap mantan profesor ekonomi pada Australian National University ini.
Sebagian besar perusahaan dengan omzet di bawah $1 miliar per tahun perlu menunjukkan atau memprediksi penurunan omzet 30 persen untuk bisa mendapatkan tunjangan JobKeeper.
Pemerintah kemudian mengubah syarat penurunan omzet menjadi 50 persen untuk perusahaan besar dan 15 persen untuk badan amal.
Setelah suatu perusahaan memenuhi syarat awal untuk tunjangan JobKeeper, mereka pun terus menerima pembayaran hingga sekitar akhir September, ketika syarat penurunan omset berubah.
Namun, skema JobKeeper tidak memasukkan mekanisme pengembalian dana ke kas negara, apabila perusahaan penerima ternyata mengalami keuntungan.
Skema tunjangan JobKeeper berlangsung mulai 30 Maret 2020 dan berakhir pada 28 Februari 2021, termasuk dua kali perpanjangan sejak September 2020.
Salah satu tunjangan COVID di Australia, JobKeeper, tidak sesuai dengan peruntukannya, karena mengalir ke ribuan perusahaan yang omzetnya berlipat ganda
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun