Turki Desak China Hentikan Penahanan Massal Warga Uyghur di Xinjiang

Aksoy mengatakan Turki telah menyampaikan keprihatinan ini dengan China di 'semua tingkatan' dan mendesak pihak berwenang untuk menutup pusat penahanan dan menghormati hak asasi manusia.
Turki juga mengatakan bahwa mereka baru mengetahui meninggalnya seorang musisi dan penyair Uyghur terkenal Abdurehim Heyit, di penjara yang sebelumnya dihukum selama delapan tahun karena salah satu lagu yang diciptakanya.
"Tragedi ini kembali menguatkan rekasi pendapat umum warga Turki mengenai pelanggaran serius HAM di wilayah Xinjiang." kata Aksoy.
"Kami berharap adanya reaksi ini mendapat perhatian serius dari pemerintah China."
"Kami menghormati dan berduka untuk Abdurehim Heyit dan semua yang lain yang telah kehilangan nyawa mereka mempertahankan identitas Muslim dan Turki mereka." kata Aksoy.
Kematian Heyit belum bisa dikonfirmasi secara independen.
Dalam reaksinya Kedutaan China di ibukota Turk Ankara sudah menyebut komentar Aksoy tersebut 'sebagai hal yang sepenuhya tidak bisa diterima' dalam jawaban panjang yang dimuat di situs mereka.
"Baik China dan Turki menghadapi tugas yang berat dalam memerangi terorisme."
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia