Turun dari Mobil ke Markas Marinir, Lapor Kejadian G30 S/PKI

Turun dari Mobil ke Markas Marinir, Lapor Kejadian G30 S/PKI
Alpiah Makasebape memperlihatkan foto kenangan dirinya bersama keluarga AH Nasution. Foto: Sriwani Adolong/Manado Post

Saking cintanya dengan budaya Sangihe, dia menyisipkan budaya Sangihe dalam pola asuhnya ke Ade Irma dan Yanti.

"Nama Ade sebenarnya hanya Irma Suryani Nasution. Namun karena di Sangihe budaya menghargai sangat besar, jadi saya mengajarkan keduanya untuk saling panggil kaka dan ade. Tak disangka nama tersebut melekat hingga Ade menutup matanya," kenang istri Bernal Mudingkase ini.

Saat peristiwa naas itu, Alpiah berumur 25 tahun. Dia menceritakan, tiga minggu sebelum Ade Irma meninggal sudah ada firasat buruk. Kadang suka menangis tanpa sebab dan juga tidak suka makan. “Usai peristiwa tragis menimpa Ade, kami langsung membawanya ke rumah sakit,” lanjutnya.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Alpiah turun dari mobil. “Saya kemudian pergi ke markas marinir untuk melaporkan kejadian yang terjadi di rumah Pak Nasution," tuturnya sambil meneteskan air mata saat mengingat tentang Ade Irma.

Untuk mengenang saat-saat itu, dia mengoleksi foto keluarga Nasution dan Ade Irma. “Saya kembali ke sini (Sangihe, red) tahun 1969. Namun komunikasi dengan Pak Nasution, Ibu Johana dan Yanti masih terjalin,” tukasnya. (***)


Alpiah Makasebape merupakan mantan pengasuh Ade Irma Suryani, puteri AH Nasution, yang tewas dalam peristiwa G30 S / PKI


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News