Turun Gunung
Oleh: Dahlan Iskan
Kalau sebatas tidak ada benang ukuran tertentu masih bisa dicarikan jalan keluar. Tidak perlu menunda operasi. Tetapi kalau menjelang operasi tidak tersedia obat, ya harus ditunda.
Maka bertambahlah persoalan reformasi kesehatan: jumlah dokter spesialis, ketersediaan obat dan peralatan.
Untuk obat dan pendukung yang diperlukan operasi jantung, misalnya, 90 persen masih impor. Itemnya begitu banyak.
Pelayanan kepada pasien tidak hanya soal ketersediaan dokter spesialis tetapi juga obatnya.
Lalu soal alat. Salah satu penyebab mengapa spesialis berkumpul di kota besar adalah kelengkapan alat. Dokter itu tidak hanya perlu gaji besar. Tetapi juga kepuasan dalam mempraktikkan ilmunya.
Saya jadi ingat dokter Boyke, ahli ginjal. Ketika diminta pindah ke kota kecil, yang ia tanyakan tidak hanya gaji. Tetapi juga apakah kota tersebut mau membelikan alat yang ia inginkan. Yang di kota sebesar Surabaya pun, saat itu, belum punya.
Begitu Gubernur (waktu itu) Awang Faroek membelikan alatnya, Boyke langsung pindah ke Samarinda.
Orang Surabaya seperti istri saya pun harus operasi ke Samarinda. Untung bisa sekalian pulang kampung.