Uang Kurang, Belum Lunasi Fee Pengacara
Rabu, 01 Juli 2009 – 09:58 WIB
"Hasil otopsi membuktikan bahwa ditemukan 36 luka, 14 di antaranya karena pisau. Umumnya di bagian tangan, sisanya luka memar, termasuk di bagian leher dan luka dalam. Bagaimana bisa dia dibilang bunuh diri?" terang Hartono.
Sejumlah kejanggalan juga ditemukan. Misalnya, posisi pisau yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara), letak jatuhnya 150 meter dari posisi tubuh David. Selain itu, bercak darah justru ditemukan di sekitar ruang Profesor Chan Kap Luk, bukan di tempat David menuju balkon tempat dia menjatuhkan diri. "Bagaimana bisa seorang dengan tendon putus dan kaki tertekuk berjalan dan melompat. Justru dosen yang mengaku akan dibunuh malah sehat dan segar bugar," terangnya.
Hartono mengatakan, fakta-fakta itulah yang selama ini memotivasi dia dan seluruh anggota keluarga untuk terus berjuang mencari keadilan. Sampai saat ini, dia mengaku sudah menghabiskan uang ratusan juta rupiah atas upayanya tersebut. Biaya itu dibelanjakan untuk mitigasi dan transportasi Indonesia-Singapura. "Untuk biaya pengacara asal Singapura Sashi Nathan saja kami membayar SGD 50 ribu (sekitar Rp 354 juta). Itu pun belum terbayar semua," ujarnya.
Jika dihitung-hitung, Hartono dan keluarga sudah sepuluh kali wira-wiri ke Negeri Singa, baik untuk mengikuti sidang maupun proses pencarian fakta bersama tim verifikasi. Awalnya, kata Hartono, keluarganya nyaris putus asa ketika memperhitungkan besarnya biaya dan proses yang harus dilalui untuk dapat menemukan keadilan.
Ratusan juta rupiah sudah dihabiskan keluarga Hartono Widjaja untuk membiayai perjuangannya mencari keadilan bagi anaknya, David Hartanto Widjaja,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408