Uang Suara
Oleh: Dahlan Iskan
AI pernah berusaha mendekati partai politik di Barru, daerah asalnya. AI ingin jadi bupati Barru.
Barru adalah kabupaten yang telaknya di utara Makassar. Di pertengahan antara Makassar dan Mamuju. Di pantai Selat Makassar. Sebelum kota Pare-pare. Di Barru, AI lahir di Desa Lawallu, Kecamatan Soppeng Riaja.
Memang ada keterangan polisi: AI mencetak uang palsu antara lain untuk biaya ikut Pilkada. Rupanya AI ingin "membeli suara" dengan uang palsu. Toh, pemilih tidak sungguh-sungguh ingin memilihnya. Dan dia juga tidak sungguh-sungguh memberi uang benaran kepada mereka. Suara palsu dibeli dengan uang palsu.
Namun, tidak ada partai yang mau mengusung AI. Konon dari sinilah soal uang palsu itu mulai diketahui. Dana untuk pelicin partai ternyata palsu.
Akan tetapi ada juga laporan masuk ke polisi: seseorang membayar cicilan sepeda motor dengan uang palsu. Jumlahnya Rp 500.000. Lima lembar kertas merah. Usut-punya-usut ujung uang palsu itu di perpustakaan UIN Alauddin.
Lokasi persis pembuatannya adalah di lantai tiga gedung perpustakaan itu. Bagi Anda yang pernah ke UIN letak perpustakaan itu sendiri dekat Fakultas Adab yang AI pernah jadi wakil dekannya.
Nama perpustakaan ini: Perpustakaan Maulana Syekh Yusuf, nama ulama terkemuka Makassar yang berdakwah sampai Afrika Selatan -wafat di sana.
Di lantai tiga perpustakaan itulah mesin cetak uang palsu itu dipasang. Di berita media disebutkan: mesin itu canggih sekali. Buatan Tiongkok. Seharga Rp 600 juta.