UAS
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dengan program ini, Mahathir ingin supaya etnis Melayu bisa bersaing dengan etnis minoritas lain, terutama China.
Ketegangan etnis China dengan Melayu meledak menjadi kerusuhan anti-China yang meluas pada 1964.
Ketika itu, Singapura masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia. Kerusuhan anti-China itu terjadi bertepatan dengan momen Maulud Nabi.
Kerusuhan meluas tidak terkendali. Singapura kemudian memutuskan diri keluar dari federasi dan memerdekakan diri pada 1965.
Kecurigaan Singapura terhadap etnis Melayu Islam masih tetap hidup sampai sekarang. Kecurigaan yang sama juga terjadi terhadap Indonesia.
Ketika B.J Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto, Singapura ketakutan karena melihat Habibie akan membawa gerbong Islam dalam pemerintahannya.
Singapura tidak mengucapkan selamat atas terbentuknya pemerintahan Habibie. Hal ini dianggap sebagai sinyal bahwa Singapura tidak suka terhadap pemerintahan Habibie yang demokratis.
Habibie menyulut insiden diplomatik dengan menyebut Singapura sebagai ‘’the little red dot country’’ negara titik kecil merah.
UAS menganggap Pemerintah Singapura sombong dengan melakukan pencekalan terhadapnya. UAS mengingatkan bahwa Singapura adalah negara kecil dibanding Indonesia.
- Ketemu UAS, Cak Imin Optimistis Abdul Wahid jadi Gubernur Riau
- Waduh, 5 WNI Ini Ingin Jual Ginjal ke India, Diiming-imingi Uang Sebegini
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat
- Presiden Prabowo dan PM Wong Bahas Penguatan Kerja Sama Bilateral Indonesia-Singapura
- Ustaz Abdul Somad Tak Akan Berhenti Mengampanyekan Abdul Wahid Sampai TPS Tutup
- Ribuan Warga Tumpah Ruah Saat Kampanye Abdul Wahid yang Dihadiri UAS di Teluk Meranti