Ubah Batu

Oleh: Dahlan Iskan

Ubah Batu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya melarang istri turun dari mobil. Tidak usah ikut ke makam. Hujan luar biasa derasnya. Payung hanya satu. Lebih baik saya pakai sendiri.

Ada dua tenda di dekat liang lahat. Besar dan kecil. Tenda kecil tepat di atas liang lahat. Tenda besar berjarak 10 meter. Dua-duanya penuh dengan orang yang takut kuyup.

Saya pilih di bawah tenda besar. Penuh. Berjejal. Semua takut tempias. Tidak mungkin bisa menyalami istri maupun ibu almarhum.

Saat lagi mencari kesempatan menyapa keluarga, seseorang menarik saya: harus pindah ke tenda kecil. Jenazah sudah akan tiba.

Maka di bawah hujan lebat, jenazah masuk area makam. Sejumlah tentara baret hijau mengusungnya. Membawanya ke liang lahat.

Bendera besar merah-putih menaungi jenazah di saat memasuki rumah masa depan.

Ketika tanah selesai ditimbunkan, istri dan anak-anaknya diminta mendekat makam. Jadilah saya bersama mereka. Saling sapa.

Saya ucapkan pula kalimat duka. Mungkin tidak terdengar seberapa. Kalah dengan air hujan yang begitu gemuruhnya.

Di tengah jalan muncul berita duka: Eddy Rumpoko meninggal dunia. Dia wali kota Batu dua periode. Periode ketiganya dijabat istrinya: Dewanti.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News